Puitika Kota, Klub Merangkai Puisi

March 8, 2025 @ 10:30 am - 2:00 pm -

Klub Merangkai Puisi karya Amina Gaylene

karya Amina Gaylene

 

Hari-hari ini, Bandung seolah-olah selalu ingin tampil memesona. Ia dirancang, dihias, dan dikemas sebagai ruang yang cantik dan menawan. Ada semacam intensi ketinampilan tak kelihatan untuk mempertunjukkan kota Bandung melalui taman-taman, monumen-monumen, dan situs-situs arsitektur dengan proyeksi artistik serta estetika tertentu. Ada semacam puitika yang disusupi dalam seluruh kartografi kota Bandung modern, yang hari-hari ini kita jajaki, ditinggali.

Pertanyaannya, apakah kartografi kota ini berjalan selaras dengan kartografi sosialnya?

Putika Kota: Klub Merangkai Puisi bersama Amina Gaylene ingin menawarkan sebuah pengalaman bersama merangkai puisi dari teks-teks temuan. Teks-teks temuan itu adalah dokumentasi amatannya atas salah satu situs di kota Bandung yang dibangun dengan kerangka artistik dan estetis tertentu. Dalam format laboratorium terbuka, Amina ingin mengajukan beberapa pertanyaan introspektif untuk ditelusuri kembali: Apa itu puisi? Bagaimana menciptakan puisi dari pengalaman-pengalaman menelusuri kota yang dibangun dengan gagasan puitika tertentu? Apa sebenarnya ‘yang puitis’ itu? 

 

Waktu
Sabtu, 8 Maret 2025

  • Sesi Lokakarya: 10:30-12:30
    Terbatas 15 peserta aktif dengan reservasi (mendapatkan voucher kopi dari Kedai Jante)
    Terbuka untuk observer/penonton umum
  • Sesi Pembacaan Karya 13.00-14.00
    Terbuka untuk observer/penonton umum

Reservasi
Meylfin +62 881-7807-037

 

Informasi Seniman

Amina Gaylene kini fokus menulis. Dalam perjalanannya di kesenian, ia telah menghasilkan berbagai karya mulai dari artikel, esai, cerpen hingga naskah teater dan film. Setiap karyanya adalah refleksi atas hal-hal yang ia butuhkan, impikan dan ingin disumbangkan kepada lingkungan sekelilingnya. Melalui proses ini, ia menemukan bahwa kehidupan adalah jaringan keterhubungan yang saling berdampak. Setiap tindakan kecil saling berhubungan dan dapat membawa perubahan yang lebih besar.

Salah satu tema yang saat ini ia telusuri adalah kolonialisme. Baginya, kolonialisme tidak dapat didefinisikan secara sempit sebagai penjajahan oleh satu negara terhadap negara lainnya. Kapitalisme demi keuntungan yang sedikit, terus menghisap keuntungan dari yang banyak. Ia menciptakan ketidaksetaraan dalam berbagai hal, termasuk stereotip tertentu demi melanggengkan sistemnya. Bahwa suara bahkan kehadiran kelompok atau ras tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat dikendalikan, juga bahwa mereka dapat direpresentasikan, dan kita kerap terjebak dalam logika tersebut. Pola semacam ini disebut juga sebagai internal colonialism, bentuk penjajahan yang bukan oleh suatu negara terhadap negara lain, tapi oleh satu kelompok terhadap kelompok lain. Ia menyembunyikan dirinya di balik definisi-definisi sempit, ilusi, dan utopia, sehingga kehadirannya tidak disadari.