Katineung

March 8, 2025 - March 9, 2025 @ 3:00 pm - 9:30 pm -

Photobooth karya Adhea Rizky Febrian

 

karya Adhea Rizky Febrian

 

Katineung dibentuk dari kata tineung yang berarti ingatlah selalu yang dikasih. Katineung berarti kenangan, kasih sayang. Katineung tak hanya ungkapan, tetapi roh yang menjiwai seluruh perjuangan warga Dago Elos mempertahankan ruang hidupnya. Perjuangan warga Dago Elos tentu tak melulu perjuangan atas tanah yang dirampas, tetapi juga perjuangan merawat kehidupan sehari: bercengkrama di ruang keluarga, memasak di dapur, memperbaiki atap bocor, hingga menikmati kopi di sore hari. Aktivitas-aktivitas perawatan yang kecil dan sehari-hari sesungguhnya turut menjadi alasan bagi warga untuk selalu mengingat rumah, tempat yang tak selalu menjadi surga, tetapi menyimpan cerita-cerita pertumbuhan.

Jika belakangan potret yang tersebar di media mengenai Dago Elos adalah potret-potret perjuangan dengan tangan terkepal, karya ini ingin merekam kenangan-kenangan warga yang lebih personal: tentang rumah, tentang keluarga, tentang kasih sayang yang terus menggerakkan denyut nadi dan menjaga bara api semangat warga Dago Elos tak lekang padam. 

 

Waktu

Sabtu, 8,9 Maret 2025
Pukul 15.00 – 21.30 WIB

Reservasi
https://forms.gle/afq1KU9dQ4Nbu9Uj8

Narahubung
Eko 0895-7030-22709 dan Naufal 0857-2340-1846

Informasi Seniman

Adhea Rizky Febrian adalah orang muda-aktivis yang turut dalam gerakan memperjuangkan hak atas ruang hidup warga dari penggusuran di wilayah Dago Elos. Ia juga memiliki ketertarikan yang besar terhadap seni sebagai praktik dan alat advokasi sosial. Ia percaya bahwa seni mungkin tidak bisa mengubah dunia tetapi seni bisa mempengaruhi orang untuk bergerak melakukan perubahan-perubahan. Keyakinan ini ia temukan dari pengalamannya bersama Bang Billy dan para musisi punk yang turut mengadvokasi Dago Elos (kisahnya bisa dilihat di dokumenter Dago Elos Never Lose).

Saat ini, Adhea aktif mengaktivasi ruang di Dago Elos melalui festival musik, diskusi publik, dan kegiatan anak anak bersama dengan kawan-kawan yang bersolidaritas dengan Dago Elos. Bagi Adhea, solidaritas bisa dibangun oleh seni yang punya kemampuan merajut kedekatan-kedekatan konteks sosial budaya di berbagai tempat. Karena itu, lewat kesenian, ia berupaya untuk mengabarkan keadaan yang sedang terjadi di Dago Elos ataupun wilayah lain yang mengalami hal serupa